AVIAN, ALUMNI SYARIAH YANG KINI SUKSES JADI PILOT AIR ASIA
Setiap orang pasti memiliki impian dalam hidup. Namun dalam proses meraihnya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada harga yang harus dibayar untuk menebusnya. Peluh, keringat, dan air mata akan senantiasa mengiringi langkah demi langkah perjalanan. Namun, bagi orang yang memiliki mimpi besar, pantang baginya untuk menyerah.
Membahas tentang impian, ada sebuah perjalanan hidup yang menarik untuk kita pelajari. Siapakah dia? Salah satu alumni Fakultas Syariah, Eka Avian Rahman yang akrab disapa Avian. Avian lahir di Kota Jember pada 22 September 1982 dari pasangan Suwadji dan Sunarti. Walaupun Dia lahir di Kota Jember, namun kehidupan masa kecilnya dia habiskan di Bogor karena ikut kedua orang tuanya yang memutuskan untuk berdomisili di Bogor.
Perjalanan pendidikan Avian dimulai dari kelas 1-5 SD Al-Ghazali di Bogor pada tahun 1988-1993. Kemudian akhir sekolah dasarnya pada tahun 1994, ditempuh di SDN Gebang IV Jember. Di sekolah, Avian termasuk anak yang cerdas. Terbukti semasa SD, Dia selalu menjadi juara kelas. Memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP) dia kembali lagi ke Bogor dan melanjutkan hidup di sana mulai dari tahun 1994 sampai 1997. Namun, saat Sekolah Menengah Atas (SMA) dia kembali ke Jember dari tahun 1999 hingga 2001.
Setelah lulus SMA, Avian melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember (sekarang UIN KHAS Jember) masuk pada tahun 2001. Selama berkecimpung dengan dunia kampus banyak wawasan baru yang dia dapatkan. Avian menuturkan kondisi STAIN di awal-awal tahun 2000 memiliki lingkungan pergerakan yang cukup dinamis.
"Mau di warkop sampe tempat tongkrongan, topik pembicaraannya benar-benar politik dan ideologi," ujar ketua GMNI Komisariat STAIN Jember periode 2002-2004 tersebut.
Masa itu adalah masa di mana mahasiswa benar-benar menggunakan namanya untuk berkontribusi terhadap negara. Melalui diskusi di berbagai sudut kampus, ini cukup mengasah kesadaran berpolitik Avian. Apalagi saat itu penggunaan gadget belum menjamur seperti sekarang. Jadi, kebiasaan mahasiswa saat itu seputar membaca buku, bedah buku, dan diskusi. Tidak hanya itu, di kampus UIN KHAS Jember Avian pernah menjuarai lomba Bahasa Inggris antar fakultas.
Setelah lulus kuliah di tahun 2006, Avian tidak langsung menjadi pilot. Perjalanan karirnya menjadi seorang pilot tidak sesederhana yang terlihat. Ada proses panjang yang harus dilewati untuk sampai di titik saat ini.
Saat baru lulus, Avian sempat melamar di sebuah Bank Syariah di Jember. Karena memang konsentrasinya di bidang muamalah dirinya merasa ada kecocokan untuk berkecimpung di dunia perbankan. Avian sangat berharap bisa diterima di bank tersebut. Apalagi setelah melalui proses yang cukup panjang serta berhasil menyisihkan ratusan pelamar lain. Sehingga di tahap akhir, dia hanya perlu menyisihkan satu orang. Namun, ternyata takdir belum berpihak padanya.
"Meski kecewa saya tetap berpositive thinking, mungkin Tuhan punya rencana lain," kenang Avian yang juga pernah menjabat sebagai ketua divisi musik KOMSI (Komunitas Seni) UIN KHAS Jember.
Tak hanya berhenti disana, Avian kembali bangkit. Dia mencoba menjajaki dunia usaha dengan membuka usaha percetakan, Unix Grafika. Semua jenis usaha yang berhubungan dengan desain grafis dan layout dia tekuni. Mulai dari membuat logo desain perusahan, cetak buku, dan juga mendapat job dari STAIN PRESS sebagai honorer.
"Pasang surut penghasilan tentu sering terjadi, tapi karena ini passion saya, saya merasa enjoy," tutur Pria 39 tahun itu.
Bekerja di STAIN PRESS cukup lama, Avian ingin mencari pengalaman baru. Dia bekerja di tempat usaha teman ayahnya. Berharap dipekerjakan di PT. Pertamina, namun kenyataannya hanya disuruh menjaga warnet dan berjualan burger.
"Walau bagaimana pun, saya tetap menjalani pekerjaan ini dengan legawa. Mungkin ini bagian dari perjalanan karir hidup saya," ungkapnya dengan penuh kepasrahan. Kendati demikian, pekerjaan ini juga tidak bertahan lama.
Sebagai sosok yang memiliki kemampuan networking bagus, tentu hal ini memudahkan Avian untuk menemukan peluang baru. Dirinya kembali diterima bekerja di tempat kawan lamanya, PT. MSM Jakarta. Awalnya bekerja di bagian admin. Karena melihat kemampuannya dalam bidang IT kemudian jabatan Avian dinaikkan sebagai IT Staff. Tidak berhenti di situ, Avian kembali dinaikkan jabatannya di bagian training.
Selama bekerja di sana Avian tanpa sengaja, dia menemukan blog seorang pilot. Dari sanalah dia banyak mendapat informasi yang cukup detail tentang dunia pilot, impian masa kecilnya pun tumbuh lagi.
"Sejak kecil saya ingin jadi pilot, tapi waktu itu rasanya tidak mungkin," tutur Avian.
Setelah itu Avian merasa Allah memudahkan jalannya untuk masuk ke sekolah penerbangan. Dia mengikuti ujian secara diam-diam karena masih coba-coba dan masih bekerja di IT Staff. Dengan usaha yang cukup keras dan kemauan yang kuat, akhirnya Avian dinyatakan lulus tes. Perjuangan tidak berhenti disitu, Avian masih harus menyiapkan biaya lagi untuk menjadi siswa di sekolah penerbang dengan nominal yang fantastis. Lagi-lagi Allah memudahkan jalannya. Maka langkah Avian semakin mantap, mungkin inilah jalannya.
“Menjadi pilot tidak melihat background sarjana. Bahkan anak lulusan SMA bisa menjadi pilot. Tapi disarankan minimal lulusan IPA. Karena pilot akan banyak berhitung,” jelas Laki-laki 1 anak bernama Favian Daniel itu.
Avian memilih Bali International Flight Academy (BIFA) Flying School karena sekolah penerbangan ini salah satu yang terbaik di Indonesia. Ini terjadi pada tahun 2010-2012. Setelah lulus sekolah penerbangan, dia diterima bekerja di perusahaan PT Indonesia AirAsia. Saat itu dia masih mengemudi pesawat kecil. Untuk bisa membawa pesawat besar, Avian harus bersekolah lagi. Akhirnya dia melanjutkan pendidikannya di Asian Aviation Centre of Excellence (AACE) di Sepang, Malaysia dengan beasiswa full dari perusahaan. Pendidikannya kali ini hanya membutuhkan waktu satu tahun, dari 2012-2013.
Dia juga menambahkan, tidak hanya skill terbang, menjadi seorang pilot harus memiliki stress management-nya dan kondisi fisik yang bagus. Setiap 6 bulan sekali akan ada tes kesehatan dan upgrade skill kemampuan terbang. Jika kemudian kesehatannya kurang bagus, untuk sementara tidak bisa melakukan penerbangan.
Dari pengalaman hidupnya, Avian memegang satu prinsip yang menarik. “Ketika kamu punya impian, hayalkan terus impian itu seakan-akan kamu sudah mencapainya dan jangan berhenti bersyukur. Saya senang memajang gambar-gambar pesawat, kemudian saya tempel di dinding. Itu menjadi motivasi tersendiri bagi saya,” jelas Avian yang saat ini menjadi pilot di PT Indonesia AirAsia.
Avian juga berpesan kepada adik-adik mahasiswa agar selalu bersyukur dan memperbanyak sedekah. Karena saat kita mendahulukan untuk membantu orang lain, maka jangan pernah khawatir, akan ada timbal balik yang luar biasa dari hal tersebut.
Penulis : Arinal Haq
Editor: Erni Fitriani