BAHAS MUSLIM INDONESIA YANG BERKEBUDAYAAN, KH JADUL MAULA SINGGUNG KEBUDAYAAN BUKAN KESENIAN
Media Center – Dalam rangka pelantikan pengurus baru Media Center, Media Center Fakultas Syariah menyelenggarakan Resepsi Pelantikan dan Seminar bagi mahasiswa UIN KHAS Jember. Acara tersebut diselenggarakan pada Rabu (01/03/2023) dan bertempat Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Lt. II UIN KHAS Jember.
Acara tersebut dihadiri langsung oleh Dekan Fakultas Syariah, Prof. Dr. M Noor Harisudin, M.Fil.I., Ketua Lesbumi PBNU, KH. Jadul Maula, Dewan Ahli Media Center, Pengurus Media Center dan puluhan lebih Mahasiswa UIN KHAS Jember.
KH Jadul Maula sebagai narasumber pada seminar dalam rangka pelantikan pengurus Media Center tahun 2023-2024 dengan tema “Menjadi Muslim Indonesia Yang Berkebudayaan” menyampaikan bahwa contoh mudahnya golongan masyarakat muslim di Indonesia yang berkebudayaan ialah masyarakat Nahdlatul Ulama (NU).
“Pada Tahun 1926, NU lahir sebagai Organisasi Ijtimaiyah Diniyah, Organisasi Keagamaan kemasyarakatan, bukan organisasi partai politik,” terangnya pada Rabu (01/03/2023).
Seperti yang diketahui pada tahun 1926, Indonesia masih dalam masa penjajahan. KH Jadul Maula mengungkapkan dalam pengembangan paham keagamaan di Indonesia tentunya tidak mudah untuk di lakukan, perlu adanya kondisi negara yang kondusif.
“Prasyarat dalam pengembangan paham keagamaan ini adalah merdeka, oleh karena itu para ulama juga ikut berjuang,” jelas Pengasuh Pondok Pesantren Kali opak Yogyakarta.
Lebih lanjut, KH. Jadul Maula menjelaskan bahwa menjadi muslim Indonesia yang berbudayaan, pada intinya jika muslim harus iman dan taat segala perintah Allah dan Rasulnya. Jika menjadi Indonesia harus serta meneladani The Founding Father yakni para pahlawan dan pendiri bangsa. begitu juga, berkebudayaan itu artinya kreatif.
“Bagaimana manusia jadi manusia yang muslim punya komitmen keislaman, komitmen ke Indonesiaan itu harus kreatif dan produktif,” Ujarnya.
Acapkali berkebudayaan diartikan sebagai kesenian, seperti persembahan wayang. KH. Jadul Maula mengungapkan bahwa seni itu merupakan bagian dari pada ekspresi budaya dan belum tentu memiliki nilai kebudayaan. Menurut beliau, berkebudayaan itu artinya ilmu menjadi manusia yang sempurna, bahkan manusia Indonesia seutuhnya.
“Manusia yang seutuhnya itulah dari perilakunya, perbuatannya, ucapannya dan fikirannya berkebudayaan. Sebetulnya, itu proses manusia melakukan pembaharuan,” pungkas Ketua Umum Lesbumi PBNU 2022-2027.
Terakhir, KH Jadul Maula menjelaskan bahwa dalam persepktif ilmu kebudayaan walisongo pada zaman kerajaan sudah jelas dalam hal ubudiyah berpedoman terhadap ilmu fiqih. Namun, ijtihad walisongo membuat ilmu fiqih dengan hukum adat itu sejalan, seperti halnya perkawinan. Di Indonesia seseorang jika melaksanakan perkawinan itu memakai pakaian adat wilayah masing-masing. Tentunya, hal itu diperbolehkan
“Dulu NU memutuskan pada tahun 30-an, pakaian resmi NU muslimah Fatayat itu kebaya. Itu kan pakaian adat. Ada tatanan adatnya,” jelasnya.
Acara tersebut dimoderatori oleh M. Irwan Zamroni Ali, S.H., yang juga sebagai Dewan Ahli Media Center fakultas syariah, serta diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember.
Reporter: Moh Ramdhan Harisuddin
Editor: Lutvi Hendrawan