HALAL BI HALAL DI FAKULTAS HUKUM UNEJ, PROF. HARISUDIN BAGIKAN KISAH KESABARAN ABU BAKAR
Media Center- Semua orang bisa melakukan kesalahan, termasuk Ulama. Seperti ulama besar Ibnu Daqiqil Id yang lahir pada 25 Syaban 625 H. Hal itu disampaikan Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I., Dekan Fakultas Syariah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) Jember, di hadapan ratusan dosen dan tenaga kependidikan pada acara Halal bi Halal Fakultas Hukum Universitas Jember pada Senin 9/5 di Cafetaria Fakultas Hukum Unej.
"Jadi jangan dipandang kalau sudah Ulama tidak pernah atau tidak boleh salah," jelas Prof. Haris yang juga Pengasuh PP Darul Hikam.
Guru Besar UIN KHAS Jember yang akrab disapa Prof. Harisudin itu menyampaikan bahwa, kesalahan yang dilakukan Ulama adalah kodrat sebagai manusia. Namun, atas kesalahan itu menjadikannya introspeksi diri dan beritikad baik untuk bertaubat.
"Islam adalah agama yang realistis, tidak mengharuskan semua umatnya seperti kertas putih tanpa noda. Oleh karenanya, semua orang memiliki noda hitam baik banyak atau sedikit. Atas dasar itu, maka Allah SWT membuka jalur pintu taubat," pungkasnya Prof. Harisudin yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Pelatihan dan Penelitian MUI Jawa Timur.
Untuk memperkuat konsep manusia bisa salah dan khilaf ini, maka Islam mengajarkan untuk bisa memaafkan. Islam mengajarkan umatnya untuk memaafkan atas perilaku orang-orang yang meminta maaf.
"Kita harus belajar kepada Abu Bakar dalam memaafkan, kendati difitnah oleh saudaranya yang miskin, Misthah bin Utsatsah, yang dinafkahinya," lugas Prof. Harisudin yang juga Ketua PP Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara-Hukum Administrasi Negara.
Pada kisah Abu Bakar tersebut, kesabaran dan rasa rendah hati dalam memaafkan keponakannya yang turut memprovokasi kepada masyarakat bahwa Siti Aisyah berzina dengan seorang sahabat nabi, Shofwan Muattal. Kesabaran dalam memaafkan inilah yang patut dijadikan teladan bagi umat manusia terlebih umat muslim pada era ini.
Sementara, bagi yang berbuat aniaya, ia harus minta dihalalkan atas perbuatan aniayanya agar tidak menjadi orang bangkrut di akhirat. Orang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah. Namun, dikatakan baik jika seorang yang berbuat salah dan menyadari kesalahannya, mengoreksi dan tidak melakukan lagi. Lebih hebat lagi jika melakukan kesalahan kecil seketika bertaubat dan meminta maaf.
Selain itu, Dr. Bayu Dwi Anggono, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Unej mengatakan bahwa, tradisi halal bi halal adalah tradisi lokal masyarakat Indonesia. Hal itu berawal dari kegelisahan Presiden Soekarno pada tahun 1948 dimana kondisi elit politik sedang konflik dan tidak bertegur sapa.
"Soekarno meminta solusi kepada tokoh NU yaitu Kiai Wahab Hasbullah hingga tercetuslah halal bi halal dan manfaat terasa hingga hari ini," ungkapnya.
Hari raya idul fitri adalah momentum untuk saling introspeksi diri terhadap kesalahan yang dibuat baik kepada Allah SWT atau kepada sesame umat manusia. Tradisi halal bi halal penting untuk selalu digelorakan sebagai warisan positif budaya bangsa.
Reporter: Nury Khoiril Jamil
Editor: Wildan Rofikil Anwar