URGENSI SINERGI DAN PENYAMAAN FREKUENSI, BEGINI TIPS DEKAN FAKULTAS SYARIAH WUJUDKAN PERGURUAN TINGGI UNGGUL
Media Center- Dekan Fakultas Syariah UIN Kiai Haji Ahcmad Siddiq (KHAS) Jember Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I. mengungkap faktor terpenting kemajuan perguruan tinggi ialah perencanaan hingga pelaksanaan yang ia sebut dengan sinergi dan penyamaan frekuensi. Hal itu disampaikan pada acara “Workshop Penyusunan Rencana Induk Pengembangan (RIP), Rencana Strategis (RENSTRA), dan Rencana Operasional (RENOP)” yang diselenggarakan oleh Pascasarjana UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu pada hari Kamis 8/12.
Prof. Harisudin memaparkan bahwa, perguruan tinggi selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
“Penyusunan RIP Perguruan Tinggi didasarkan pada kebutuhan terhadap adanya panduan dan arah bagi pengembangan akademik (Tri Dharma Perguruan Tinggi),” pungkasnya yang juga Sekretaris Forum Dekan Fakultas Syariah dan Hukum PTKIN Seluruh Indonesia.
Prof. Harisudin juga menjelaskan prinsip-prinsip dalam pembuatan RIP. Prinsip dalam pembuatan RIP diantaranya bekerja mundur dengan menganalisis masa lalu guna mengetahui kondisi saat ini, kemudian tindak lanjut perencanaan yang sudah dilakukan pada masa periode sebelumnya.
“Diperlukan keterlibatan dari semua pihak, jika semua sudah dilakukan andai terjadi perubahan, maka dapat dilakukan review dan evaluasi,” ujarnya yang juga Ketua Pengurus Pusat Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara- Hukum Administrasi Negara.
Menurut Prof. Harisudin yang juga Pengasuh Ponpes Darul Hikam Mangli Jember, RIP berfungsi sebagai acuan, dasar atau pedoman dalam perumusan jangka menengah dan jangka pendek serta sebagai pengukur pencapaian keberhasilan Perguruan Tinggi.
Menurutnya, dalam acuan RIP dapat melihat dari Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Tinggi Kemenag RI, Tujuan Pendidikan Tinggi UIN Bengkulu, dan Tujuan Pendidikan Tinggi Pascasarjana UIN Bengkulu.
Disisi lain beliau juga menjelaskan RIP bisa dimulai dari Analisa diri, profil lembaga dan analisa SWOT lembaga.
“RIP juga memiliki garis dasar sebagai permulaan untuk mulai bekerja, di dalamnya juga menyebut tantangan di masa yang akan datang,” ucapnya yang juga Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan MUI Jatim.
RIP, lanjut Prof. Haris, adalah ‘GBHN’nya sebuah perguruan tinggi. Siapapun yang menjadi pimpinan di perguruan tinggi tersebut, harus mengacu pada RIP yang ada agar terjadi kesinambungan kemajuan perguruan tinggi. Yang lebih itu, RIP harus diimplentasikan seluruh civitas akademika di Perguruan Tinggi dengan mensinergikan semua komponen.
“Berhasil tidaknya tergantung sinergi semua potensi yang ada di UIN Bengkulu. Semakin sinergi ini menghasilkan frekuensi yang sama, maka semakin cepat mencapai Perguruan Tinggi yang dicitakan,” tambahnya.
Reporter: Lutvi Hendrawan
Editor: Nury Khoiril Jamil